MUI Dorong BPJPH Jadikan Indonesia Sebagai Pusat Halal Dunia

Indonesia dinilai masih kalah promosi dibandingkan Malaysia.

Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis. Sumber Foto: http://mui.or.id/

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mendorong Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia.

“Kita penduduk terbesar nomor empat, tetapi penduduk muslimnya terbesar pertama dari seluruh dunia. Kita ini berada dalam bonus demografi, jadi 4,2 jutat penduduknya sekarang berada di usia-usia produktif. Dan kita sekarang melihat muslim ini sudah pada mulai sadar pada cari yang halal,” katanya.

Pandangan Cholil ini disampaikan dalam seminar yang bertema ‘Menyambut Hadirnya BPJPH dan Babak Baru Sertifikasi Halal’, pada Rabu (16/8), di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. (Baca Juga: Mengenal Tiga Lembaga dalam Proses Sertifikasi Produk Halal).

Cholil menjelaskan bahwa saat ini profit yang dihasilkan dari industri halal cukup tinggi dan potensinya akan terus meningkat. Hal ini bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia.

“Dikeluarkan dari Global Islamic Economic Report 2015-2016 bahwa penduduk muslim global pada produk dan jasa ekonomi halal mencapai 1,9 triliun dollar. Kalau bicara prospek dunia kalau ini disampaikan kepada negara itu bisa. Dan ini baru halal kalau profitnya yang lain akan lebih tinggi lagi,” katanya.

“Ini baru halalnya belum ke tayyibannya kalau ke China turun itu di bandara akan ada satu restoran halal dan itu lebih elegan dan mahal. Nah, pada saat yang bersamaan kita lihat di perbankan syariah 2 triliun, lalu di makanan dan minuman 1,2, tapi akan naik pikir saya ini,” tambahnya.

Selain itu, Cholil mengatakan Industri halal sudah berkembang pesat di banyak negara dunia, baik yang memiliki penduduk mayoritas muslim maupun minoritas. Sebab, kebanyakan mereka menilai halal bukanlah terkait keimanan, tetapi produk tersebut terjamin aman dan lebih sehat merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap konsumen.

“Di negara non muslim itu di Moscow (Rusia,-red), Amerika dan lain-lain. Itu banyak cari yang halal bukan karena iman tetapi memang halal itu memang lebih sehat dan lebih baik,” ujarnya. (Baca Juga: Sukoso, Pejuang Halal Sejak Masih di Bangku Kuliah).

Lebih lanjut, Cholil menyayangkan Indonesia belum menjadi industri halal sebagai penggerak ekonomi nasional dan kalah dengan negara tetangga. Padahal, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

“Di data ini ada 10 tetapi dipuncak ada malaysia, kita di urutan yang ke-10. Kita ini kalah promosi dengan Malaysia. Kalau dilihat dengan penduduk dan luasnya wilayah kita itu kan jauh lebih baik, namun kita kalah dipromosi,” kata dosen Ekonomi dan Keuangan Syariah PSKTTI UI.

Cholil berharap kepada pemerintah supaya dapat mendukung pertumbuhan industri halal domestik. Selain itu, ia berharap kepada BPJPH harus mendorong para pelaku usaha untuk segera melakukan sertifikasi halal, karena di negara lain sudah lebih dulu fokus menyoroti produk halal. (Baca Juga: Terkait Sertifikasi Halal, DPR Menyiapkan Anggaran Rp350 Miliar untuk Kemenag).

“Pemerintah mencari badan halal bukan saja halal tetapi badan yang tayyibnya. Di beberapa negara itu, seperti Amerika, Jepang itu mereka tidak membicarakan halalnya tetapi soal sehatnya. Bahwa yang halal itu akan menjadi sehat,” pungkasnya.

(PHB)

Dipromosikan