Waspada, Kenaikan Harga BBM Bisa Jadi Pertimbangan BI Menaikan Suku Bunga Acuan

Waspada, Kenaikan Harga BBM Bisa Jadi Pertimbangan BI Menaikan Suku Bunga Acuan
Image Source by okezone.com

Waspada, Kenaikan Harga BBM Bisa Jadi Pertimbangan BI Menaikan Suku Bunga Acuan

“David memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan dengan total 50 bps hingga 100 bps hingga akhir tahun 2022.”

Beberapa waktu belakangan, isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semakin kuat beredar di masyarakat. Menimbulkan kekhawatiran yang cukup besar, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, memperkirakan bahwa keputusan pemerintah ini dinilai dapat mengubah arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), atau bahkan menaikannya.

“Kalau kita melihat pola historis, bila ada kenaikan BBM bersubsidi dan naiknya signifikan, pasti akan mengubah ekspektasi inflasi. Ini yang kemudian akan direaksi oleh BI, yaitu dengan memperketat kebijakan moneter termasuk dengan kebijakan suku bunga acuan,” tutur David dikutip Kontan.co.id, Minggu (21/8/2022).

Sebagaimana diketahui, kenaikan suku bunga BI sejatinya akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian masyarakat Indonesia. Mengutip dari Katadata.com, Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution menuturkan bahwa salah satu akibat dari kenaikan suku bunga ini adalah berdampak kepada mahalnya biaya yang diperlukan seseorang untuk melakukan pinjaman di bank.

Berkaitan dengan hal itu, David sendiri memprediksi bahwa BI nantinya akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Agustus ini menanggapi isu kenaikan BBM ini, David memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan dengan total 50 bps hingga 100 bps hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, suku bunga acuan pada akhir tahun ini bisa berada di level 4% hingga 4,5%.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah justru memperkirakan bahwa BI masih akan menahan suku bunga acuan di level 3,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Sebab, beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi kebijakan suku bunga acuan, menurutnya, saat ini cenderung stabil.

“Inflasi memang sudah meningkat, tetapi penyebabnya bukan sepenuhnya faktor moneter. Sementara aliran modal asing sudah kembali masuk dan rupiah menguat. Jadi saya yakin BI akan lebih confident untuk tetap menahan suku bunga,” ujarnya dikutip Media Indonesia, Senin, (22/08/2022).

Hal yang sejalan juga dikemukakan oleh Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede. Menurutnya, situasi dan kondisi perekonomian di Agustus ini amat mendukung bank sentral untuk kembali menahan tingkat suku bunga acuannya. Sehingga, Ia memperkirakan bahwa BI tidak akan menaikan suku acuannya dalam waktu dekat ini.

Selain inflasi inti yang masih terkendali, imbuh dia, volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang Agustus ini cenderung menurun bila dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan volatilitas itu didorong oleh rilis data inflasi Amerika Serikat yang cenderung menurun serta ekspektasi less-hawkish (kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih sedikit) dari The Federal Reserve (The Fed).

“Ekspektasi tersebut sejalan dengan ekspektasi penurunan surplus transaksi berjalan pada semester II 2022 dan upaya untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah,” terang Josua dikutip Media Indonesia, Senin, (22/08/2022).

Kendati demikian, hingga saat ini masyarakat masih harus menunggu kesimpulan dari RDG BI terlebih dahulu. Sebab, sebagaimana diketahui, hasil dari RDG BI ini akan membahas mengenai kebijakan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate (BI-7DRRR) seiring dinamika inflasi dalam negeri.

 

AA

Dipromosikan