Akuisisi Startup Baru, JPMorgan Chase Ditipu 175 Juta Dolar

Akuisisi Startup Baru, JPMorgan Chase Ditipu 175 Juta Dolar
Image source: Warrior Trading News

Akuisisi Startup Baru, JPMorgan Chase Ditipu 175 Juta Dolar

“Dari adanya kasus ini, menjadi pelajaran bagi masyarakat terutama pelaku usaha bahwa proses uji tuntas dalam proses akuisisi perusahaan adalah penting adanya.”

Baru-baru ini, JPMorgan Chase & Co diketahui mengalami kerugian yang relatif cukup besar. Dilansir CBS News, hal ini terjadi ketika perusahaan jasa layanan keuangan ini membeli sebuah perusahaan rintisan (startup) pada tahun 2017 dengan lini usaha bantuan biaya pendidikan.

JPMorgan mengklaim bahwa Charlie Javice, pemilik perusahaan rintisan tersebut, memalsukan data statistika yang menggambarkan perkembangan perusahaan tersebut. Charlie, menurut JPMorgan, menyediakan data mengenai 4 juta siswa yang telah terdaftar dalam layanan perusahaannya secara mengada-ngada.

Dengan kata lain, data 4 juta mahasiswa tersebut merupakan data palsu yang dibuat oleh Charlie agar seolah-olah perusahaannya tersebut meyakinkan untuk JPMorgan. 

“JPMorgan mengklaim bahwa kisah inspiratif dalam membantu lebih dari 5 juta mahasiswa masuk perguruan tinggi sebagian besar adalah rekayasa. Javice diduga membayar seorang profesor ilmu data $18.000 untuk membuat daftar lebih dari 4 juta nama mahasiswa palsu guna meyakinkan raksasa keuangan itu untuk membayar harga pembelian, klaim gugatan itu,” tulis CBS News, Jumat (13/01/2023).

Di sisi lain, pengacara Charlie Javice menentang pernyataan JPMorgan Chase tersebut. Menurutnya, Javice dituduh oleh JPMorgan secara tidak berdasar dan menyesat. Sebab, data apapun yang diberikan oleh Javice kepada JPMorgan, menurut pengacara Charlie, telah diberikan dan dijelaskan secara gamblang pada tahapan pra-transaksi.

“Apa yang mereka ajukan adalah menyesatkan. Mereka diberikan semua data di muka dan Charlie Javice menyoroti pembatasan yang diberlakukan oleh undang-undang privasi mahasiswa selama proses uji tuntas,” ujar pengacara Charlie Javice dilansir CBS News, Jumat (13/01/2023).

Adapun berdasarkan dalil gugatannya, JPMorgan diketahui belum menyadari adanya keganjilan ini ketika proses pra-transaksi. Sehingga, perusahan baru menyadari adanya keganjilan ini ketika kedua belah pihak telah menyelesaikan transaksi akuisisi tersebut dan perusahaan melakukan tes pengiriman pesan pemasaran melalui surel.

“JPMorgan, tidak mengetahui dugaan masalah pada saat ini, menyelesaikan pembelian $175 juta, tetapi menyadari ada sesuatu yang salah saat mengirimkan kampanye uji pemasaran ke daftar pelanggan. Dari individu yang dihubungi, hanya 28% email terkirim, dibandingkan dengan tingkat pengiriman 99% yang biasanya dilihat JPMorgan dengan kampanye serupa, tulis klaim JPMorgan.

Pentingnya Proses Uji Tuntas dalam Akuisisi Perusahaan

Dari adanya kasus ini, menjadi pelajaran bagi masyarakat terutama pelaku usaha bahwa proses uji tuntas suatu dalam proses transaksi akuisisi perusahaan adalah penting adanya.

Berkaitan dengan hal ini, Andi Akhirah Khairunnisa, Associate BP Lawyers dalam webinar Friday I’m In Law Series (FIIL) dengan tema “Pahami Seluk Beluk Merger & Akuisisi Perusahaan” yang diadakan oleh KlikLegal pada Jumat (17/06/2022) menjelaskan setidaknya ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan perusahaan dalam melakukan uji tuntas (due dilligence). Beberapa hal tersebut diantaranya adalah:

  1. Status perusahaan; 
  2. Kewajiban perusahaan; 
  3. Perizinan perusahaan; 
  4. Kewajiban kontraktual; 
  5. Status tenaga kerja; 
  6. Aset; 
  7. Asuransi, perpajakan, dan akuntansi keuangan; 
  8. Litigasi; 
  9. Kewajiban lingkungan; serta 
  10. Kekayaan Intelektual.

Dalam proses merger dan akuisisi pasti akan melibatkan banyak data-data perusahaan. Oleh karena itu, Lulun menilai bahwa aspek perlindungan data perusahaan juga menjadi utama untuk diperhatikan dalam proses akuisisi.

AA

Dipromosikan