Ini Bocoran Strategi Keberhasilan Partnership HPRP

Sumber : kliklegal.com

Dalam membangun firma hukum tentunya tidak selamanya berjalan tanpa adanya masalah, terlebih masalah partnership. Bongkar pasang partnership dalam sebuah firma hukum sudah bukan menjadi isu yang tabu untuk diperbicangkan. Berbagai macam alasan melatarbelakangi bongkar pasang partnership yang tidak hanya dirasakan oleh firma hukum yang masih “muda” tetapi juga dirasakan oleh firma hukum yang pengalamannya sudah masuk hitungan puluhan tahun.

Mengatasi isu mengenai partnership, Partner Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP), Al Hakim Hanafiah memberikan strategi yang tepat untuk menciptakan firma hukum yang solid terutama dalam hal partnership. “Memilih rekan kerja yang memiliki visi dan misi. Sejak awal kita juga bisa lihat apakah orang ini cocok apa enggak. Jadi kita tahu value-nya dari bawah.” ujar Al-Hakim dalam Talkshow “Law Firm Morphosis : Strategis Partnership Untuk Keberlanjutan Law Firm“ pada Sabtu (28/7), di 18 Office Park, Uniqorn, Jakarta Selatan.

Al Hakim menjelaskan pola partnership yang dibangun di HPRP ialah partner berasal dari junior associate. “Beberapa tahun belakangan saya baru sadar, yang bisa menjadi partner dan cocok di HPRP ialah yang sudah mengetahui nilai HPRP dari bawah. Saat ini sudah ada dua partner yang dimulai dari junior associate. Waktu mereka mau kita ajak ke partnership, biasanya kita bilang setengah tahun lagi ya. Siap-siap. Kayaknya mau saya promosikan. Tapi sebelumnya dari masih sebagai senior associate sudah saya bilang kita tidak bisa toleransi mengenai ‘kantor dalam kantor’,” tuturnya.

Lebih lanjut, Al Hakim mengaku sampai sekarang pihaknya masih cukup susah memonitor  kekeluargaan dalam firmanya. Sepanjang pengetahuannya, rekan-rekan partner-nya kebanyakan tetap fokus pada urusan di kantor. Ia menuturkan ada partner yang khusus untuk entertainment yang mengajak associate untuk sekedar jalan-jalan santai sambil berdiskusi. Jadi, prinsip yang ditegakan adalah work hard play hard sehingga kebersamaan tetap ada. “Nah itu, sejak awal kita sudah bilang this is an open partnership dari sejak orang itu baru masuk,” katanya.

Menurut Al Hakim, sejak awal bergabung mengenai kriteria bila lawyer ingin naik dari junior sampe middle, middle ke atas itu sudah harus dijelaskan sebelumnya. Bahkan, untuk menjadi partner-pun juga ada kriterianya. Di HPRP sendiri 8 sampe 10 tahun untuk baru bisa jadi partner.

“Mereka udah siap-siap sebelumnya. Biasanya tiap 6 bulan juga kita ada evaluasi. Itu terbuka untuk semuanya. Jadi mereka bisa mengukur, apakah mereka bottom 10% apa gimana. Karena kita udah bilang ke mereka if you are under 10%, siap-siap lah cari kerjaan lain. Mungkin enggak cocok di law firm,” ujar Al Hakim.

Dari 13 partner-nya, masing-masing sudah mengetahui dan mengenal performa satu sama lain. Al Hakim menuturkan yang dilihat bukan hanya dari kemampuan, tetapi juga moralnya. “Moralnya cocok gak sama kita. Kita bisa liat attitude-nya gimana, integritasnya gimana. Karena saya selalu bilang di kantor “being a lawyer without integrity? You are nothing”. Karena kita kerja berdasarkan kepercayaan orang-orang sama kita. Jadi ya itu, basic kita untuk memonitor orang. Dan biasanya kita udah tau tendensinya orang itu bakal gabung sama kita atau enggak. Keliatan lah dari lifestyle dia. Nah, semoga dengan saringan-saringan itu ya kita bisa jadi lebih solid,” terangnya.

Selain itu, alumnus Universitas Indonesia (UI) mengatakan pihaknya pun mempunyai departemen rekruitmen sendiri. “Kita punya HRD sendiri, marketing development-nya sendiri, IT juga udah satu divisi sendiri ya. Karena tanpa staf, kita semua gabisa kerja. Mereka yang me-support kita ke atas menjadi sukses,” tutupnya.

PHB

 

Dipromosikan