OJK Siap Antisipasi Kenaikan Bunga The Fed Terhadap Pasar Modal

OJK Siap Antisipasi Kenaikan Bunga The Fed Terhadap Pasar Modal
Image Source by investor.id

OJK Siap Antisipasi Kenaikan Bunga The Fed Terhadap Pasar Modal

“OJK bersama Bank Indonesia (BI) dan otoritas terkait akan merumuskan kebijakan untuk menekan dampak kebijakan The Fed.”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan siap mengantisipasi dampak dari kebijakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed terhadap perekonomian domestik, khususnya ke sektor pasar modal.

Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal I OJK, Djustini Septiana mengatakan kebijakan otoritas mengantisipasi ketidakpastian global tidak akan jauh berbeda dengan kebijakan saat menghadapi pandemi Covid-19.

“Kebijakan The Fed menaikkan suku bunga, ini akan berisiko. Kalau dalam konteks ini, mungkin tidak hanya pasar modal, kita di OJK bersama dengan teman-teman di perbankan akan buat kebijakan bersama. Kita akan membuat kebijakan relaksasi atau pun hal-hal yang tentunya sosialisasi kepada masyarakat bagaimana kita mempertahankan ekonomi kita,” ujarnya dalam diskusi yang dilakukan secara daring yang dipantau di Jakarta pada Selasa (14/6/2022).

OJK bersama Bank Indonesia (BI) dan otoritas terkait akan merumuskan kebijakan untuk menekan dampak kebijakan The Fed.

Untuk sektor pasar modal, OJK akan merujuk pada kebijakan yang diimplementasikan saat terjadi pandemi. Seperti relaksasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mempertahankan ekonomi dalam negeri.

OJK juga mengeluarkan kebijakan pembelian kembali (buyback) saham tanpa melalui RUPS oleh emiten, perubahan batas atas auto rejection (asymmetric) dalam perdagangan di bursa efek, dan penyesuaian mekanisme pra pembukaan kepada BEI.

Sedangkan terkait kemudahan perizinan dan penyampaian dokumen serta pelaporan, otoritas memberikan kemudahan pelaporan wakil, lembaga, dan produk pengelolaan investasi melalui laman daring, implementasi tanda tangan elektronik pada sistem perizinan dan registrasi terintegrasi.

“Jadi peran serta uang-uang masyarakat yang memang ada di pasar modal supaya produktivitas yang ada di ekonomi Indonesia itu tetap terjaga karena adanya modal dari masyarakat Indonesia sendiri tanpa ketergantungan dari pihak internasional,” pungkasnya.

Mengutip indeks Harga Saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada awal pekan IHSG melemah ke bawah level psikologis 7.000, beriringan dengan koreksi bursa saham regional dan global. IHSG ditutup melemah 91,21 poin atau 1,29 persen ke posisi 6.995,44. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 9,1 poin atau 0,89 persen ke posisi 1.010,14. Pada hari ini, IHSG terpantau sudah kembali ke atas level 7.000.

Pelemahan IHSG dipicu adanya kekhawatiran terkait stagflasi global dan adanya kekhawatiran terkait ekspektasi kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed seiring masih tingginya inflasi di Amerika Serikat.

Djustini menyampaikan, pada awal pengetatan moneter yang dilakukan oleh The Fed, muncul kekhawatiran banyaknya uang keluar dari pasar modal sejalan dengan menurunnya IHSG. Namun faktanya, hal itu bisa diatasi dengan kehadiran investor domestik yang semakin bertambah.

“Tapi faktanya bisa kita lihat ternyata dengan bertambahnya investor lokal, investor domestik yang didominasi oleh kaum milenial, ternyata kekhawatiran itu tidak terlalu terjadi. Ada penurunan, tetapi ternyata di-absorb kembali oleh investor lokal sehingga kekhawatiran indeks jatuh itu menjadi bisa tertahan dan bahkan tetap dalam tren positif,” ungkapnya.

  

MH

Dipromosikan