Perlu Ketersediaan Fisik dan Mental Untuk Pertumbuhan Bisnis

Salah satu contoh ketersediaan fisik adalah produk-produk minuman yang tidak hanya beredar di supermarket ataupun minimarket, tetapi juga ada pada toko-toko kecil di pinggiran jalan.

Sumber Foto: http://marketplus.co.id/

Indonesia merupakan sebuah negara yang memang dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakatnya bisa mengoneksikan jaringan internet. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia yang sekaligus sebagai pengguna internet akan semakin bertambah. bisa dibilang satu dari dua orang sudah connected to internet dan ini masih akan bertambah.

“Nah, orang yang belum connected to internet dengan segala keterbatasannya, nantinya bisa menjadi lebih banyak mengakses internet,” ujar Head of Media PT Unilever Indonesia Eka Sugiarto dalam forum diskusi bertema Intellectual Property In Media Contents Digital Transformation: Key Trends di The Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) Selasa (12/9).

Pertumbuhan pengguna internet tersebut juga memiliki keterkaitan dengan bagaimana siasat dari para pelaku bisnis dalam mencari cara agar bisnis mereka tetap bisa tumbuh. Mengenai hal ini, Eka menjelaskan bahwa cara untuk dapat tumbuh adalah dengan adanya ketersedian fisik dan juga ketersediaan mental.

Ketersediaan fisik, kata Eka, berarti bagaimana barang yang dimiliki oleh seorang pelaku bisnis itu benar adanya sehingga dapat diambil, berwujud dan bisa dibeli. Di sisi lain, sebuah merek dapat mencapai ketersediaan mental yang lebih besar daripada pesaingnya ialah jika lebih mudah mengakses memori konsumen dalam situasi membeli lebih banyak dan untuk lebih banyak konsumen.

Jadi, ketersediaan mental itu pada saat seseorang hendak melakukan pembelian. “Jadi, keduanya ini mungkin is a basic concept sampai akhirnya yang ditawarkan ini apa, hingga mempunyai ketersediaan fisik dan mental,” terang Eka.

Lebih lanjut lagi, Eka memberikan contoh pada produk-produk minuman yang tidak hanya beredar di supermarket ataupun minimarket, tetapi juga ada pada toko-toko kecil di pinggiran jalan. “Nah, itu salah satu konsep dari ketersediaan fisik,” ujarnya.

Mengenai ketersediaan mental, Eka melanjutkan bahwa ketersediaan mental ini berhubungan dengan produk apapun yang dirasa relevan dengan bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha. “Apakah produknya itu seperti kita membeli pasta gigi atau sabun mandi, atau produk lainnya di luar kategori itu misalnya alat berat atau mobil,” ujarnya.

Pada intinya, Eka menyatakan kembali bahwa satu dari dua masyarakat Indonesia saat ini telah bisa mengoneksikan internet. Kemudian yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku bisnis di hari-hari yaitu semakin bertambahnya pengguna internet dan juga semakin mudahnya para pengguna dalam mengakses internet dengan mulai banyaknya tempat-tempat yang menyediakan WiFi secara gratis. “Misal sebelumnya internetan selama dua jam sehari, tetapi kalau dia sedang berada di tempat yang dapat dengan mudah akses internet maka dia bisa menghabiskan lebih lama lagi untuk mengakses internet,” ujarnya.

Oleh karenanya, salah satu yang menjadi kunci kesuksesan bagi para pelaku bisnis adalah ketersediaan mental dan juga ketersediaan fisik. Dengan kata lain: apakah pelanggan memikirkan produk bisnis kita  dan apakah mereka dapat mengaksesnya saat memikirkannya melalui internet itulah yang menjadi hal-hal yang perlu dipikirkan oleh para pelaku bisnis. “Jadi, ini semua pastinya ada relevansinya dengan gimana caranya bisnis harus tumbuh yaitu dengan physical dan mental availability,” ujar Eka.

(LY)

Dipromosikan